Senin, 27 Juni 2016

Essay "Motivasi Kerja Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi"



“motivasi kerja mahasiswa jurusan akuntansi setelah mempelajari bidang-bidang akuntansi”

Seperti yang kita ketahui bahwa pada akhir tahun 2015, Indonesia terlibat dalam AEC (Asean Economic Community). AEC/MEA adalah suatu era yang menyatukan negara-negara di kawasan Asia Tenggara menjadi “satu basis pasar dan produksi”. Dimana akan terjadi arus bebas produk, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal, yang semuanya bermuara pada prinsip pasar terbuka bebas hambatan. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku mulai 1 Januari 2016 merupakan tantangan bagi masyarakat Indonesia di berbagai sektor. Salah satunya, tantangan di bidang jasa profesi akuntansi. Untuk menghadapinya, pemerintah telah menyiapkan berbagai perangkat peraturan untuk menjamin adanya persaingan yang sehat dan kompetitif dalam penyediaan jasa profesi akuntansi.
Untuk menghadapi MEA, lulusan sarjana Akuntansi Indonesia sebetulnya tak perlu khawatir jika meliliki strategi seperti, kemampuan dalam Bahasa Inggris, kesiapan mereka juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum siap kalau mereka bersaing dengan akuntan luar negeri. Selain itu perlu ditetapkan standar kompetensi lulusan sarjana akuntansi sebagai berikut: Mampu menyusun laporan keuangan perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur sesuai dengan standar akuntansi; Mampu menganalisis informasi keuangan untuk kebutuhan internal perusahaan; Mampu mendesain sistem akuntansi manual dan berbasis teknologi informasi; Mampu mendesain Kertas Kerja Audit dan melakukan pengauditan laporan keuangan; Mampu menyusun dan menganalisis laporan keuangan sektor publik; Mampu menghitung, melaporkan, dan menyetorkan pajak sesuai peraturan perpajakan; dan Mampu melakukan riset/menulis karya ilmiah. Ketika kita telah belajar semua kemampuan tersebut dalam perkuliahan di jurusan akuntansi, maka setelah lulus dari universitas nantinya maka kita tidak akan takut dalam menghadapi MEA. Selain itu kita harus memilih bidang akuntansi agar kita paham tentang ilmu-ilmu akuntansi yang sangat dibutuhkan dibanyak perusahaan .

Referensi            :
http://hmjakt-unnes.blogspot.co.id/2015/03/peran-akuntan-dalam-mea-2015.html

Analisis Jurnal 3

Analisis Jurnal 3


Topik/Tema    :  Manajemen Laba
Judul              :  MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN RIIL SEBELUM DAN SETELAH ADOPSI WAJIB IFRS DI UNI EROPA
Nama Penulis :  Yayu Putri Senjani

Ringkasan :
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar pelaporan keuangan yang disusun sebagai solusi dalam masalah perbedaan standar-standar lokal di berbagai negara. IFRS pertama kali diterapkan secara penuh oleh Negara-negara Uni Eropa yang kemudian disusul Australia, Brazil, Kanada, Singapura dan beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Tujuan International Accounting Standard Board (IASB) dalam menyusun standar yang berterima internasional adalah untuk meningkatkan kualitas angka akuntansi agar dapat mencerminkan kondisi ekonomi dan kinerja perusahaan yang sebenarnya. Kualitas akuntansi ditandai oleh manajemen laba yang kecil, pengakuan rugi tepat waktu dan memiliki relevansi nilai yang tinggi. (Barth et al., 2008).
IFRS menerapkan standar berdasarkan prinsip (principle-based) yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas akuntansi yang tinggi. Kualitas akuntansi dapat meningkat jika kebijakan oportunistik manajemen dapat dibatasi, misalnya dalam melakukan manajemen laba (Barth et al., 2008). Hutagaol (2010), Barth et al. (2008), Rahmellia (2009) menunjukkan bahwa manajemen laba setelah adopsi IFRS lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya, dan nilai relevansi laba setelah periode pengadopsian lebih tinggi dari pada periode sebelumnya.
Penelitian tentang pengaruh IFRS terhadap perubahan perilaku manajemen laba masih memiliki hasil yang bertentangan. Christensen et al. (2008), Lippens (2008), Callao dan Jarne (2010), serta Ahmed (2010) menunjukkan terjadinya peningkatan manajemen laba akrual dan riil pada periode setelah adopsi IFRS. Berbeda dengan hasil penelitian oleh Hutagaol (2010), Barth et al. (2008), Rahmellia (2009), temuan ini menunjukkan bahwa IFRS mendukung akuntansi diskresioner dan perilaku oportunistik manajemen yang berdampak pada kualitas informasi keuangan.
METODE
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur menurut NAICS 2007 (Two-Digit Primary Code: 31-33) yang terdaftar di pasar bursa di Negara-negara Uni Eropa. Data perusahaan mengenai variabel-variabel yang diuji diperoleh dari database OSIRIS. Tiga tahun periode sebelum penerapan IFRS dan periode setelah adopsi. Penggunaan discretionary accrual sebagai proksi manajemen laba akrual dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995). Untuk mendapatkan angka akrual diskresioner maka dilakukan tahapan perhitungan sebagai berikut (Dechow et al., 1995): Pertama, menentukan nilai total akrual (TA): Kedua, menentukan nilai parameter α1, α2, dan α3 dengan menggunakan model Modified Jones (1991). Ketiga, nilai parameter α1, α2, dan α3 yang diperoleh dari regresi di atas digunakan untuk menghitung nilai Non-akrual diskresioner (Non Discretionary Accrual/NDA). Keempat, menentukan nilai akrual diskresioner.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Hasil pemilihan sampel yang memenuhi kriteria pemilihan adalah terdapat 50 perusahaan yang tersebar di 8 Negara (dari total 27 negara Uni Eropa) dan 15 jenis Industri Manufaktur (dari total 21 jenis industri kode NAICS 2007 No. 31-33) di Uni Eropa. Dari 50 perusahaan tesebut, terdapat 300 observasi yang dapat dilakukan.

Referensi : Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013 Ikatan Akuntan Indonesia

Analisis Jurnal 2

Analisis Jurnal 2


Topik/Tema     :   IFRS
Judul        : PENGARUH ADOPSI IFRS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Nama Penulis  :  Yunita Eka P

Ringkasan :      
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia sebelum adopsi IFRS dilakukan merupakan standar yang fleksibel yang memungkinkan adanya pemberlakuan metode-metode akuntansi yang berbeda pada setiap perusahaan. Standar yang fleksibel ini menimbulkan kemungkinan terjadinya accounting creative dan manajemen laba. Pengaruh adopsi IFRS pada manajemen perusahaan yaitu persyaratan akan item-item pengungkapan semakin tinggi, dengan mengadopsi IFRS manajemen memiliki akuntabilitas yang tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi pihak di luar manajemen karena informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut menjadi lebih relevan, krusial, akurat dan mudah untuk dipahami. Dengan mengadopsi IFRS, akan lebih membantu para investor dalam mengestimasikan investasi pada perusahaan berdasarkan data-data laporan keuangan perusahaan pada tahun sebelumnya, semakin meningkatnya tingkat pengungkapan suatu perusahaan maka berdampak pada rendahnya biaya modal perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan harus relevan dan representasi agar dapat mempengaruhi tujuan pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan manajemen kepada pemegang saham harus dapat mewakili kondisi baik buruknya kondisi ekonomi suatu perusahaan. Scott (2012) menyatakan bahwa apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis memiliki informasi lebih dibandingkan pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Kondisi asimetri tersebut dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya dengan menyembunyikan informasi-informasi yang tidak diketahui oleh pemegang saham. Semuanya tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai usaha-usaha untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat pribadi (obtaining private gains). Pihak manajemen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi dalam pelaporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Manajemen laba diduga dilakukan oleh pihak manajemen dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations. Menurut Siregar dan Bachtiar (2003) perusahaan yang melakukan manajemen laba cenderung mengungkapkan informasi lebih sedikit dalam laporan keuangannya agar tidak terdeteksi. Perusahaan dengan tingkat pengungkapan minimal cenderung melakukan manajemen laba dan sebaliknya. Sulistyanto (2008) mengemukakan bahwa keberadaan aturan dalam standar akuntansi dapat merupakan salah satu alat yang mengakomodasi dan memfasilitasi perusahaan melakukan kecurangan. Perusahaan dapat menyembunyikan kecurangan dengan memanfaatkan berbagai metode dan prosedur yang terdapat dalam standar akuntansi, sehingga standar akuntansi seolah-olah mengakomodasi dan memberi kesempatan perusahaan untuk mengatur dan mengelola laba perusahaan. Upaya mengurangi manajemen laba yaitu dengan melakukan koreksi terhadap standar akuntansi. Perbaikan standar akuntansi yang saat ini sedang menjadi isu adalah adopsi International Financial Reporting Standard (IFRS). Cai et al. (2008) mengungkapkan salah satu isu dari IASB adalah bahwa IFRS bertujuan untuk menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan diharapkan dapat membatasi pertimbangan kebijakan manajemen (management’s discretion) terhadap manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif dengan serangkaian kriteria. Adapun serangkaian kriteria tersebut sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010.
2. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam 2008-2010, per tanggal 31 Desember.
3. Perusahaan tidak mengubah periode akuntansi dalam periode 2008-2010.
4. Laporan auditor independen yang diterbitkan untuk laporan keuangan tahun 2010.
5. Perusahaan tidak mendapatkan opini disclaimer dari auditor independen.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 51 perusahaan.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Terikat (Dependent Variable) Dependent variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Pengukuran variabel manajemen laba menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. Francis et al. (2005) model yang digunakan untuk menentukan discretionary accruals dalam penelitian ini, karena model ini dinilai lebih kuat untuk mendeteksi dan mengukur discretionary accruals dibandingkan model lain, misalnya Jones dan Modified Jones (Dechow et al, 2010;. Sun dan Rath, 2011). Terdapat beberapa langkah perhitungan yang diperlukan untuk menentukan discretionary accruals menggunakan model ini, (1) menentukan total akrual, (2) menentukan arus kas dari aktivitas operasi, (3) menentukan total current accrual, (4) menentukan nilai residual regresi dari total current accrual, (5) menentukan kualitas akrual, (6) menentukan discretionary accrual.

Referensi : Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Analisis Jurnal 1

Analisis Jurnal 1


Topik/Tema     :  Akuntansi Komparatif: Amerika dan Asia
Judul              : Analisis Pengungkapan Informasi Aset Keuangan Berdasarkan PSAK 60 Pada PT. Bank Central Asia TBK
Nama Penulis : Monica Supriyadi dan Herman Karamoy

Ringkasan       :
Perkembangan usaha dalam dunia perbankan di Indonesia yang semakin pesat mendorong PT. Bank Central Asia Tbk untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan nasabahnya. Peran serta dan wujud peningkatan kepercayaan dapat dilihat dari tingkat pengungkapan laporan keuangan bank. Pengungkapan dan penyajian informasi dalam laporan keuangan harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku agar dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan tidak memberikan keputusan yang salah. Pemenuhan standar akuntansi yang berkualitas menuntun pengadopsian International Financial Reporting Stndards (IFRS).
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 60 (PSAK 60) Revisi 2014 mengenai pengungkapan instrumen keuangan yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2015. PSAK 60 merupakan standar yang mengacu pada International Financial Reporting Standards (IFRS) 7 mengenai Financial Instruments Disclosure yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2012. Tujuan PSAK 60 adalah mengatur entitas untuk memberikan pengungkapan dalam laporan keuangannya yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan bagi posisi dan kinerja keuangan entitas, sifat dan cakupan risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas terekspos selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola resiko tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti adalah PT. Bank Central Asia Tbk yang merupakan salah satu bank swasta terbesar di Indonesia dan sudah go public. Pembukuan dan pelaporan Bank BCA menganut kebijakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang signifikan telah diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian Bank BCA dan entitas anak. Penyajian uraian kebijakan akuntansi Bank BCA dan entitas anak dikelompokkan menurut komponen laporan keuangan konsolidasian. Masing-masing komponen mencakup uraian terperinci mengenai pengertian, klasifikasi, perlakuan, serta penyajian dan pengungkapan dari pos-pos utama laporan keuangan konsolidasi.Pengungkapan atas instrumen keuangan PT. Bank Central Asia Tbk masih mengacu pada PSAK 60 Revisi 2010. Namun dari uraian pembahasan yang telah dipaparkan, aset keuangan dan liabilitas keuangan, pengungkapan lain serta sifat dan cakupan resiko yang timbul dari instrumen keuangan yang diungkapkan dan disajikan pada Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Catatan Laporan Keuangan telah sesuai dengan PSAK 60 revisi 2014. Meskipun dalam hal pengungkapan mengenai gagal bayar dan pelanggaran, dan akuntansi lindung nilai tidak diungkapkan akan keberadaannya maupun penjelasan yang memadai dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Bank BCA.

Referensi        :
Junal EMBA. Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal 676-687. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi. Universitas Sam Ratulangi Manado.