Senin, 27 Juni 2016

Analisis Jurnal 2

Analisis Jurnal 2


Topik/Tema     :   IFRS
Judul        : PENGARUH ADOPSI IFRS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Nama Penulis  :  Yunita Eka P

Ringkasan :      
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia sebelum adopsi IFRS dilakukan merupakan standar yang fleksibel yang memungkinkan adanya pemberlakuan metode-metode akuntansi yang berbeda pada setiap perusahaan. Standar yang fleksibel ini menimbulkan kemungkinan terjadinya accounting creative dan manajemen laba. Pengaruh adopsi IFRS pada manajemen perusahaan yaitu persyaratan akan item-item pengungkapan semakin tinggi, dengan mengadopsi IFRS manajemen memiliki akuntabilitas yang tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi pihak di luar manajemen karena informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut menjadi lebih relevan, krusial, akurat dan mudah untuk dipahami. Dengan mengadopsi IFRS, akan lebih membantu para investor dalam mengestimasikan investasi pada perusahaan berdasarkan data-data laporan keuangan perusahaan pada tahun sebelumnya, semakin meningkatnya tingkat pengungkapan suatu perusahaan maka berdampak pada rendahnya biaya modal perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan harus relevan dan representasi agar dapat mempengaruhi tujuan pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan manajemen kepada pemegang saham harus dapat mewakili kondisi baik buruknya kondisi ekonomi suatu perusahaan. Scott (2012) menyatakan bahwa apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis memiliki informasi lebih dibandingkan pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Kondisi asimetri tersebut dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya dengan menyembunyikan informasi-informasi yang tidak diketahui oleh pemegang saham. Semuanya tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai usaha-usaha untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat pribadi (obtaining private gains). Pihak manajemen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi dalam pelaporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Manajemen laba diduga dilakukan oleh pihak manajemen dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations. Menurut Siregar dan Bachtiar (2003) perusahaan yang melakukan manajemen laba cenderung mengungkapkan informasi lebih sedikit dalam laporan keuangannya agar tidak terdeteksi. Perusahaan dengan tingkat pengungkapan minimal cenderung melakukan manajemen laba dan sebaliknya. Sulistyanto (2008) mengemukakan bahwa keberadaan aturan dalam standar akuntansi dapat merupakan salah satu alat yang mengakomodasi dan memfasilitasi perusahaan melakukan kecurangan. Perusahaan dapat menyembunyikan kecurangan dengan memanfaatkan berbagai metode dan prosedur yang terdapat dalam standar akuntansi, sehingga standar akuntansi seolah-olah mengakomodasi dan memberi kesempatan perusahaan untuk mengatur dan mengelola laba perusahaan. Upaya mengurangi manajemen laba yaitu dengan melakukan koreksi terhadap standar akuntansi. Perbaikan standar akuntansi yang saat ini sedang menjadi isu adalah adopsi International Financial Reporting Standard (IFRS). Cai et al. (2008) mengungkapkan salah satu isu dari IASB adalah bahwa IFRS bertujuan untuk menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan diharapkan dapat membatasi pertimbangan kebijakan manajemen (management’s discretion) terhadap manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif dengan serangkaian kriteria. Adapun serangkaian kriteria tersebut sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010.
2. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam 2008-2010, per tanggal 31 Desember.
3. Perusahaan tidak mengubah periode akuntansi dalam periode 2008-2010.
4. Laporan auditor independen yang diterbitkan untuk laporan keuangan tahun 2010.
5. Perusahaan tidak mendapatkan opini disclaimer dari auditor independen.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 51 perusahaan.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Terikat (Dependent Variable) Dependent variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Pengukuran variabel manajemen laba menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. Francis et al. (2005) model yang digunakan untuk menentukan discretionary accruals dalam penelitian ini, karena model ini dinilai lebih kuat untuk mendeteksi dan mengukur discretionary accruals dibandingkan model lain, misalnya Jones dan Modified Jones (Dechow et al, 2010;. Sun dan Rath, 2011). Terdapat beberapa langkah perhitungan yang diperlukan untuk menentukan discretionary accruals menggunakan model ini, (1) menentukan total akrual, (2) menentukan arus kas dari aktivitas operasi, (3) menentukan total current accrual, (4) menentukan nilai residual regresi dari total current accrual, (5) menentukan kualitas akrual, (6) menentukan discretionary accrual.

Referensi : Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar