Topik/Tema : IFRS
Judul : PENGARUH ADOPSI IFRS, LEVERAGE
DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
Nama Penulis
: Yunita Eka P
Ringkasan :
Standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia sebelum adopsi IFRS dilakukan merupakan standar yang
fleksibel yang memungkinkan adanya pemberlakuan metode-metode akuntansi yang
berbeda pada setiap perusahaan. Standar yang fleksibel ini menimbulkan
kemungkinan terjadinya accounting creative dan manajemen laba. Pengaruh
adopsi IFRS pada manajemen perusahaan yaitu persyaratan akan item-item
pengungkapan semakin tinggi, dengan mengadopsi IFRS manajemen memiliki
akuntabilitas yang tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan
perusahaan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi pihak di luar
manajemen karena informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut
menjadi lebih relevan, krusial, akurat dan mudah untuk dipahami. Dengan
mengadopsi IFRS, akan lebih membantu para investor dalam mengestimasikan investasi
pada perusahaan berdasarkan data-data laporan keuangan perusahaan pada tahun
sebelumnya, semakin meningkatnya tingkat pengungkapan suatu perusahaan maka
berdampak pada rendahnya biaya modal perusahaan. Informasi dalam laporan
keuangan harus relevan dan representasi agar dapat mempengaruhi tujuan
pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan manajemen kepada pemegang saham
harus dapat mewakili kondisi baik buruknya kondisi ekonomi suatu perusahaan.
Scott (2012) menyatakan bahwa apabila beberapa pihak yang terkait dalam
transaksi bisnis memiliki informasi lebih dibandingkan pihak lainnya, maka
kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi (information
asymmetry). Kondisi asimetri tersebut dimanfaatkan oleh pihak manajemen
untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya dengan menyembunyikan
informasi-informasi yang tidak diketahui oleh pemegang saham. Semuanya tidak
terlepas dari apa yang disebut sebagai usaha-usaha untuk mendapatkan keuntungan
atau manfaat pribadi (obtaining private gains). Pihak manajemen dapat
mempengaruhi angka-angka akuntansi dalam pelaporan keuangan dengan cara
melakukan manajemen laba. Manajemen laba diduga dilakukan oleh pihak manajemen
dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan
suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajemen laba tidak harus
dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi
lebih dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods)
untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan
menurut accounting regulations. Menurut Siregar dan Bachtiar (2003)
perusahaan yang melakukan manajemen laba cenderung mengungkapkan informasi
lebih sedikit dalam laporan keuangannya agar tidak terdeteksi. Perusahaan
dengan tingkat pengungkapan minimal cenderung melakukan manajemen laba dan
sebaliknya. Sulistyanto (2008) mengemukakan bahwa keberadaan aturan dalam
standar akuntansi dapat merupakan salah satu alat yang mengakomodasi dan
memfasilitasi perusahaan melakukan kecurangan. Perusahaan dapat menyembunyikan
kecurangan dengan memanfaatkan berbagai metode dan prosedur yang terdapat dalam
standar akuntansi, sehingga standar akuntansi seolah-olah mengakomodasi dan
memberi kesempatan perusahaan untuk mengatur dan mengelola laba perusahaan.
Upaya mengurangi manajemen laba yaitu dengan melakukan koreksi terhadap standar
akuntansi. Perbaikan standar akuntansi yang saat ini sedang menjadi isu adalah
adopsi International Financial Reporting Standard (IFRS). Cai et
al. (2008) mengungkapkan salah satu isu dari IASB adalah bahwa IFRS
bertujuan untuk menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang
diperbolehkan dan diharapkan dapat membatasi pertimbangan kebijakan manajemen (management’s
discretion) terhadap manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas
laba.
METODE
PENELITIAN
Populasi
dan Sampel Penelitian Adapun
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang representatif dengan serangkaian kriteria. Adapun
serangkaian kriteria tersebut sebagai berikut :
1.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010.
2. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan yang telah
diaudit dalam 2008-2010, per tanggal 31 Desember.
3. Perusahaan
tidak mengubah periode akuntansi dalam periode 2008-2010.
4. Laporan
auditor independen yang diterbitkan untuk laporan keuangan tahun 2010.
5. Perusahaan tidak mendapatkan opini disclaimer dari
auditor independen.
Berdasarkan
kriteria-kriteria di atas, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 51 perusahaan.
Definisi Operasional
dan Pengukuran Variabel Variabel Terikat (Dependent Variable) Dependent
variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen
laba. Pengukuran variabel manajemen laba menggunakan discretionary accruals sebagai
proksi manajemen laba. Francis et al. (2005) model yang digunakan untuk
menentukan discretionary accruals dalam penelitian ini, karena model ini
dinilai lebih kuat untuk mendeteksi dan mengukur discretionary accruals dibandingkan
model lain, misalnya Jones dan Modified Jones (Dechow et al, 2010;. Sun
dan Rath, 2011). Terdapat beberapa langkah perhitungan yang diperlukan untuk
menentukan discretionary accruals menggunakan model ini, (1) menentukan
total akrual, (2) menentukan arus kas dari aktivitas operasi, (3) menentukan total
current accrual, (4) menentukan nilai residual regresi dari total
current accrual, (5) menentukan kualitas akrual, (6) menentukan discretionary
accrual.
Referensi
: Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar